Saya punya seorang sahabat yang biasanya menemani saya di akhir minggu. Salah satu kegiatan rutin kami adalah mencoba tempat-tempat makan yang ada di Bandung dan sekitarnya. Sejujurnya, saya tidak merasa kompeten untuk membuat food blog, berhubung saya jenis orang yang rewel masalah makanan. Tapi, sayang juga kalau misalnya semua pengalaman kami hanya kami simpan sendiri. Kita tidak pernah tahu, mungkin saja post sederhana ini bisa membantu orang lain yang galau memilih menu makan mereka, bukan?
Maka ijinkanlah saya mencoba berbagi.
Post kali ini adalah tentang Gaza: Authentic Medirretanean Restaurant.
Papan penanda di depan restaurant |
Kenapa kami memilih tempat ini? Awalnya karena sahabat saya sedang ingin menikmati makanan timur tengah. Setelah melakukan research, Gaza muncul di deretan atas tempat yang direkomendasikan. Perlu perjuangan untuk kami mencapai tempat ini, berhubung kami tinggal di ujung lain Bandung dan kebetulan weekend ini adalah perayaan ulang tahun Bandung yang ke 204.
Tapi semua macet yang kami alami di jalan cukup terhapuskan setelah makanan terhidang di hadapan kami.
Hal menarik pertama tentang restoran ini, adalah tempat parkirnya yang jauh lebih besar dibanding tempat makannya sendiri. Sayangnya, saya lupa mengambil foto seluruh tempat. Tempat makannya berupa ruangan terbuka, dan hanya ada kurang dari 20 set meja.
insert peta di dalam buku menu |
Setiap meja di sini, disertai lubang seperti ini di tengahnya. Untuk apa? |
Hal menarik kedua adalah lubang seperti foto di atas. Saya awalnya mengira lubang tersebut berguna untuk asbak bagi pengunjung yang merokok. Lalu, saat makanan akan dihidangkan, kami dhampiri seorang pegawai yang membawa teko air, sabun cuci tangan dan handuk kecil. Beliau menawarkan jika kami mau dibantu untuk mencuci tangan. Saat kami menjawab mau, beliau membantu dengan menuangkan air ke tangan kami, di atas lubang ini.
Yup, ternyata lubang ini berguna untuk menampung air pembuangan cuci tangan. Keren loh,
Mari kita mulai dengan menu minuman.
Cold Marakesh Tea, idr 17.000 |
Haleeb Ma'haal, idr 22.500 |
Kami masing-masing memesan satu minuman, Marakeesh tea untuk saya, Cold Lemon Lime (idr13.900) untuk sahabat saya (lagi-lagi saya lupa mengambil foto). Awalnya sahabat saya berencana memilih Haleem Ma'haal saja, tapi atas rekomendasi pegawai, akhirnya kami membagi minuman ini berdua sebagai hidangan tambahan.
Menurut saya, juara hari ini adalah Haleeb Ma'haal. Menurut resep yang saya temukan, minuman ini adalah susu dengan kapulaga (cardamon). Yang terasa di lidah sih sebenarnya lebih mirip ke campuran jahe dan kayu manis, tapi mungkin saja lidah saya salah. Disajikan dalam teko keramik dan gelas kecil, minuman ini sangat enak untuk dinikmati perlahan... sambil menikmati kemacetan jalan yang terlihat di depan restoran, hahah.
Hal menarik ketiga, lemon lime yang dipesan sahabat saya, sangat segar dan cenderung asam. Marakeesh tea punya saya, yang intinya adalah green tea plus mint, memiliki rasa yang segar ringan. Sementara Haleeb Ma'haal, kaya akan rasa rempah dan susu. Saran saya adalah meminum masing-masing secara terpisah, karena perpaduannya tidak terlalu cocok di lidah.
Nah, saatnya menuju makanan.
Shiz Kuzu, idr 59.900 |
Ruzz Kabsa Kharuv, idr 55.500 |
Shiz Kuzu adalah daging kambing dengan sedikit bumbu (rasa dagingnya kuat), plus bawang bombay dan tomat yang dipanggang dalam bentuk sate. Satu porsi berisi 3 tusuk, dihidangkan dengan 2 lembar roti, salad berbahan paprika, bawang bombay dan tomat, serta saus yang berbahan dasar susu.
Ruzz Kabsa Kharuv adalah daging kambing yang dimasak ala stew, disajikan dengan nasi rempah, serta sambal berbahan tomat segar.
Selain dua menu di atas kami juga memesan snack bernama Arayas Dujjaj (idr 24.500). Snack ini berupa roti (seperti roti yang ada di menu Shiz Kuzu), berisi daging cincang, dihidangkan dengan salad dan saus berbahan dasar susu (seperti yang ada di menu Shiz Kuzu juga).
Seperti saya tulis di awal, saya adalah orang yang rewel masalah memilih makanan. Saya tidak pernah suka lemak pada daging, dan saya tidak suka bagian daging yang terlalu dekat dengan tulang karena aromanya terlalu kuat. Kemarin, ketika Ruzz Kabsa Kharuv pesanan saya datang, saya sedikit khawatir. Tiga potongan besar daging yang dihidangkan terlihat penuh lemak dan bertulang.
Tapi saya berhasil menghabiskan dua potongan besar itu, potongan ketiga saya hibahkan ke sahabat saya karena saya sudah kenyang. Ya, saya yang pemilih ini berhasil memakan daging berlemak. Mungkin karena bumbunya kuat dan entah bagaimana cara masaknya, daging kambing yang saya makan sama sekali tidak beraroma kuat dan memiliki tekstur yang lembut. Singkat kata, enak.
Kesimpulan:
Apakah kami akan kembali mengunjungi tempat ini? Jawabannya adalah ya. Walau harganya cukup di atas budget makan harian, rasa makanan dan minuman yang cocok dengan selera kami berdua meyakinkan kami untuk datang kembali di masa depan.
Hal menarik keempat, dengar-dengar dari seorang teman yang rumahnya dekat dengan restoran ini, Gaza tetap buka di bulan puasa. Namun, mereka hanya mau melayani makanan untuk foreigner yang pasti bukan muslim. Jika pengunjung yang datang bertampang lokal, maka pelayan akan menolak untuk menyajikan makanan. Interesting.
======
Gaza Medirretanean Restaurant
JL Pahlawan No 72, Jawa Barat 40124, Indonesia Food: idr 45.000 - 60.000 (di menu ada menu kambing panggang satu ekor, kira-kira idr 1.000.000) Drinks: idr 10.000 - 30.000 |